Generasi muda Indonesia jangan merasa kalah dengan
bangsa asing. Dengan level kualitas yang dimiliki, generasi muda Tanah Air
memiliki kualitas yang hampir sama dan mampu bersaing di level internasional.
Hanya saja, terkadang
generasi muda Indonesia memiliki kelemahan dalam tiga hal: komunikasi dalam
Bahasa Inggris, inovatif dan jiwa kewirausahaan, dan terakhir soft
skill yang mencakup penilaian terhadap kemampuan diri sendiri.
"Kemampuan
memimpin, membangun orang lain, serta inovasi dan languange skill.
Setidaknya inilah tiga kemampuan yang dibutuhkan yang dibutuhkan seseorang dari
Indonesia untuk jadi pemimpin," kata Hasnul.
Peningkatan kualitas
ini, tambah Hasnul, mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang andal
untuk masa depan Indonesia. "Bukan tidak mungkin nantinya seluruh
perusahaan asing di Indonesia akan dipimpin langsung oleh orang Indonesia.
Bukan bangsa asing seperti yang ada sekarang ini."
Program Future
Leaders ini berupaya menjaring mahasiswa dengan usia maksimal 21 tahun
untuk diberi bekal peningkatan tiga hal tersebut. Nantinya akan ada 120 mahasiswa
terpilih yang diharapkan memiliki rasa kepercayaan diri yang lebih hingga
tampil sebagai pemimpin Indonesia.
Tingginya kualitas
sumber daya manusia Indonesia terlihat dari kegemilangan di kompetisi ilmu
pengetahuan bertaraf internasional. Pada Mei 2012, dua anak Indonesia berhasil
menyabet emas di Asian Physics Olympiad/APhO di India. Dalam kompetisi robot
dunia (Robogames), akhir April lalu di Amerika Serikat, anak Indonesia sukses
menyumbang tiga medali, dua di antaranya emas. Sebelumnya, Indonesia juga
langganan medali di Olimpiade Matematika.
"Kita ini bangsa
yang besar, kita harus kompetitif, dan membuktikan jika memang punya kemampuan.
Kita bukan bangsa kacang," kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia Firmansyah.
Firmansyah yang juga rektor muda di UI juga ikut berbagi pengalamannya ketika
mengambil gelar Master dan Doktor di Prancis. Saat itu, kata Firmansyah,
beasiswa yang diterimanya hanya untuk tiga tahun. Namun, gelar yang diambilnya
rangkap Master dan Doktor. Saat akhirnya ia bisa mengambil dua gelar itu dalam
tiga tahun, tawaran jadi dosen pun datang. "Itulah yang coba saya
tekankan, tekad dan kemauan kuat," ujar Firmansyah.> SUMBER <
Tidak ada komentar:
Posting Komentar